UNSUR
INTRINSIK`
Tema : Perselisihan
Tokoh Penokohan:
Pak Dadang : baik hati, suka member,sabar.
Haris :
manja, sombong , sinis, jahat, egois.
Murti : manja, sombong, jahat egois.
Latar tempat : Rumah dan Panti Asuhan.
Latar suasana
: Hening, menyedihkan.
Latar waktu : Malam hari dan pagi hari.
Alur : Maju.
Sudut pandang : Orang ketiga pelaku utama.
Amanat : Jangan pernah melukai hati orang tua,
karena orang tualah yang mendidik kita dan jangan suka merebutkan harta warisan
dari orang tua kita.
UNSUR
EKSTRINSIK
Nilai agama : Pak Dadang mengajak kedua anaknya
pergi ke Panti Asuhan, karena itu sudah menjadi kebiasaan Pak Dadang. Setiap
bulan ia selalu memberikan sedikit hartanya untuk panti asuhan.
Nilai sosial : kedua anaknya Haris dan Murti tidak
suka dengan sikap ayahnya yang suka memberikan bantuan kepada orang lain.
SINOPSIS
Pak Dadang adalah
seorang ayah dari kedua anak yaitu Haris dan Murti yang di tinggal mati
istrinya dengan penyakit yang tidak jelas.
Pak Dadang sangat menyayangi kedua anaknya. Sepeninggal istrinya, ia
merangkap jabatan sebagai ayah sekaligus ibu bagi Haris dan Murti. Pak Dadang
selalu mengajarka kepada anaknya tentang bekerja keras dan tidak menyombongkan
diri dengan harta kekayaan yang di miliki oleh ayahnya. Suatu hari Pak Dadang mngajak kedua anaknya
mengunjungi panti asuhan untuk memberikan sedikit hartanya tetapi Haris dan
Murti tidak suka dengan sikap ayahnya yang suka memberikan bantuan kepada orang
lain.
Seiring berjalannya waktu
menjadikan Haris dan Murti tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa. Sampai
pada akhirnya ia meikah dan di karuniai seorang anak. Pak Dadang bahagia karena
hadirnya seorang cucu. Sayangnya kebahagiaan tersebut harus sering lenyap,
karena kelakuan Haris dan Murti yang tidak kunjung usai berdebat masalah
warisan. Setelah berbagai pertimbangan Pak Dadang memberikan 50% hartanya
kepada Haris dan Murti dan sisanya disumbangkan ke panti asuhan. Mereka tidak
setuju dengan keputusan ayahnya. Mereka
memperlakukan ayahnya secara tidak wajar dengan mengurangi jatah makan sang
ayah. Tak lama kemudian Pak Dadang jatuh sakit, mereka tetap tidak peduli
keadaan ayahnya. Sakit yang tiuada kunjung sembuh itulah yang mengantarkan Pak
Dadang ke pembaringan kekal (meninggal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar