Senin, 08 Desember 2014

ika na'ami



UNSUR INTRINSIK`
Tema : Perselisihan
Tokoh Penokohan:  Pak Dadang : baik hati, suka member,sabar.
                                     Haris : manja, sombong , sinis, jahat, egois.
                               Murti : manja, sombong, jahat egois.
Latar tempat : Rumah dan Panti Asuhan.
Latar suasana  : Hening, menyedihkan.
Latar waktu : Malam hari dan pagi hari.
Alur : Maju.
Sudut pandang : Orang ketiga pelaku utama.
Amanat : Jangan pernah melukai hati orang tua, karena orang tualah yang mendidik kita dan jangan suka merebutkan harta warisan dari orang tua kita.

UNSUR EKSTRINSIK
Nilai agama : Pak Dadang mengajak kedua anaknya pergi ke Panti Asuhan, karena itu sudah menjadi kebiasaan Pak Dadang. Setiap bulan ia selalu memberikan sedikit hartanya untuk panti asuhan.
Nilai sosial : kedua anaknya Haris dan Murti tidak suka dengan sikap ayahnya yang suka memberikan bantuan kepada orang lain.
SINOPSIS
Pak Dadang adalah seorang ayah dari kedua anak yaitu Haris dan Murti yang di tinggal mati istrinya dengan penyakit yang tidak jelas.  Pak Dadang sangat menyayangi kedua anaknya. Sepeninggal istrinya, ia merangkap jabatan sebagai ayah sekaligus ibu bagi Haris dan Murti. Pak Dadang selalu mengajarka kepada anaknya tentang bekerja keras dan tidak menyombongkan diri dengan harta kekayaan yang di miliki oleh ayahnya.  Suatu hari Pak Dadang mngajak kedua anaknya mengunjungi panti asuhan untuk memberikan sedikit hartanya tetapi Haris dan Murti tidak suka dengan sikap ayahnya yang suka memberikan bantuan kepada orang lain.
Seiring berjalannya waktu menjadikan Haris dan Murti tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa. Sampai pada akhirnya ia meikah dan di karuniai seorang anak. Pak Dadang bahagia karena hadirnya seorang cucu. Sayangnya kebahagiaan tersebut harus sering lenyap, karena kelakuan Haris dan Murti yang tidak kunjung usai berdebat masalah warisan. Setelah berbagai pertimbangan Pak Dadang memberikan 50% hartanya kepada Haris dan Murti dan sisanya disumbangkan ke panti asuhan. Mereka tidak setuju dengan keputusan ayahnya.  Mereka memperlakukan ayahnya secara tidak wajar dengan mengurangi jatah makan sang ayah. Tak lama kemudian Pak Dadang jatuh sakit, mereka tetap tidak peduli keadaan ayahnya. Sakit yang tiuada kunjung sembuh itulah yang mengantarkan Pak Dadang ke pembaringan kekal (meninggal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar