UNSUR INTRINSIK DAN USUR EKSTRINSIK
CERPEN
“MEMANDANG LANGIT”
KARYA
: DILA
A.
UNSUR
INTRINSIK
1.
Tema : kesetiaan
2.
Tokoh dan
Penokohan
a)
Aku (Sabil) : penurut, dan sabar
b)
Dila : usil
c)
Ashari : ramah, sholeh, menyenangkan, dan
agamis
3.
Latar
a)
Tempat : sekolah, pondok pesantren, dan
rumah
b)
Waktu : pagi hari, siang hari dan malam hari
c)
Suasana : sedih dan mengharukan
4.
Alur : maju
5.
Sudut
pandang : tokoh pertama pelaku
utama
6.
Amanat : segala urusan kita sudah di atur
oleh Allah SWT, khususnya urusan jodoh, kalau sudah jodoh tidak akan kemana.
B.
UNSUR
EKSTRINSIK
1.
Nilai
moral : sabil menuruti perintah
ibunya untuk tetap berangkat ke Malang.
2.
Nila
sosial :ada interaksi antara Sabil
dan temannya
C.
SINOPSIS
Pagi-pagi berdiri di depan jendela kelas tepatnya
adalah rutinitasku. Melihat Ashari di depan kelas usai memarkir motor dihalaman
sekolah. Siapa sich yang tak kenal Ashari, sang ketua OSIS yng begitu ramah,
sholeh, menyenangkan dan agamis. Sehingga hampir semua cewek kagum padanya, dan
pasti siapa saja akan jatuh cinta dengan keteduhan wajahnya. Terutama aku yang
sekarang duduk dikelas XII-IPS. Namaku Syifa Nur Sabila Galen, namun
teman-teman akrab memanggilku Sabil.
Aku tak tahu persis kapan tapatnya aku mencintainya,
namun seiring waktu berjalan cintaku padanya terus tumbuh hingga berbunga. Tapi
mustahil, aku dan bagaikan langit dan bumu. Sosok lelaki sholeh idaman para
akhwat cantik nan sholeh. Sedangkan aku perempuan biasa, bahkan amat biasa. Aku
tak sesholehah mereka (akhlak yang mengagumi Ashari), tak serajin dhuha mereka,
apalagi sebanding dengan mereka sangat jauh. Tapi itu semua tak pernah
menyurutkanku untuk selalu menjaga cintaku padanya.
Pada hari minggu, saat di kamar asrama aku terdengar
suara dering telepon dan ternyata itu suara Dila. Dila menelponku karena dia
ingin berkunjung ke pondok pesantren yang aku duduki. Sesampainya, tanpa
basa-basi dia langsung memberitahukanku sesuatu yang membuatku tidak percaya,
seakan jantungku berhenti berdetak, aku langsung kaku, lemas rasanya, pikiranku
entah pergi kemana. Berkali-berkali Dila mengagetkanku namun aku masih tak
bereaksi. Aku masih tak percaya dengan perkataannya tadi bahwa Ashari memiliki
perasaan yang sama padaku.
Hari penentuan telah tiba Ujian Nasional sudah di
depan mata. Sehingga seluruh kelas XII di sibukkan dengan berbagai latihan dan
try out. Dengan kegiatan ini aku dengan Ashari sering sekali bertemu bahkan
kami pernah saling bertatap muka secara langsung. Ujianpun telah kami jalani
dengan lancar dan alhamdulillah hasilnya memuaskan. Sehingga sampailah pada
acara perpisahan.
Hari istimewa telah tiba, suasana sekolahku sangat
ramai. Semuanya bahagia, akupun demikian. Tapi disisi lain akupun sedih. Sedih
karena tidak bertemu seseorang yang aku rindukan. Aku menangis hingga acara
terakhirpun aku tidak bisa menemukannya setelah itu aku putuskan untuk pulang.
Sesampai di pos satpam, ada teriakan di belakangku. Ternyata temannya Ashari,
dia mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Belum sempat
dia selesai bicara, tiba-tiba Ashari keluar dari pos satpam dengan menyelipkan
untaikansenyuman yang membuatku melayang. Dengan ucapan salam yang mengetarkan
hatiku. Usai bertukar nomor telepon kita pulang dengan sendir
Harei demihari telah berlalu, minggupun berganti
minggu. Namun belum juga dia menghubungiku. Aku hampir gila menunggu kabar
darinya. Disisi lain aku juga bahagia, bahwa aku di terima di salah satu PTN
Malang. Namun itupun membuatku tersenyum kesut, karena aku harus meninggalkan
tanah kelahiranku ini. Besok siang aku berangkat ke Malang, tapin kabar darinya
pun belum sampai ke telingaku. Dan aku pasrahkan semua kepada yang Maha Kuasa.
Waktu aku pejamkan mata, ponselku
berdering, dan ternyata ada pesan dari nomor yang tak ku kenal. Ternyata itu
nomor Ashari. Dia memberitahukanku bahwa dia diterima di PTN Yogyakarta, dua
bulan kedepan dia berangkat dan besok ada tanyakuran sebelum dia berangkat.
Akupun di undang untuk hadir pada acara tasyakuran besok.
Lagi-lagi perasaanku tak menentu, aku bangga padanya
dan aku tak bisa menolak kenyataan untuk jauh darinya. Setelah membaca pesan
dari Ashari aku langsung menemui ibu aku ceritakan semua isi hatiku dan aku
tunjukkan pesan darinya. Tapi ibu tadak mengizinkanku untuk menghadiri acara
itu, karena aku harus tetap pergi ke Malang. Ibu berkata bahwa “Allah tidak
tidur, apapun yang ada di hatimu Dia tahu” yakinlah jodoh tak akan salah
alamat. Selama itu aku tetap menjaga hatiku walaupun aku tak tahu kapan aku
bisa di pertemukan kembali dengan cinta dalam diamku selama kita masih
memandang langit yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar