Senin, 15 Desember 2014

ainun verawati



UNSUR INTRINSIK DAN USUR EKSTRINSIK
CERPEN “MEMANDANG LANGIT”
KARYA : DILA
A.      UNSUR INTRINSIK
1.      Tema               : kesetiaan
2.      Tokoh dan Penokohan
a)      Aku (Sabil)       : penurut, dan sabar
b)      Dila                  : usil
c)      Ashari              : ramah, sholeh, menyenangkan, dan agamis
3.      Latar
a)      Tempat            : sekolah, pondok pesantren, dan rumah
b)      Waktu  : pagi hari, siang hari dan malam hari
c)      Suasana           : sedih dan mengharukan
4.      Alur                 : maju
5.      Sudut pandang            : tokoh pertama pelaku utama
6.      Amanat           : segala urusan kita sudah di atur oleh Allah SWT, khususnya urusan jodoh, kalau sudah jodoh tidak akan kemana.

B.      UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai moral      : sabil menuruti perintah ibunya untuk tetap berangkat ke Malang.
2.      Nila sosial        :ada interaksi antara Sabil dan temannya

C.      SINOPSIS

Pagi-pagi berdiri di depan jendela kelas tepatnya adalah rutinitasku. Melihat Ashari di depan kelas usai memarkir motor dihalaman sekolah. Siapa sich yang tak kenal Ashari, sang ketua OSIS yng begitu ramah, sholeh, menyenangkan dan agamis. Sehingga hampir semua cewek kagum padanya, dan pasti siapa saja akan jatuh cinta dengan keteduhan wajahnya. Terutama aku yang sekarang duduk dikelas XII-IPS. Namaku Syifa Nur Sabila Galen, namun teman-teman akrab memanggilku Sabil.

Aku tak tahu persis kapan tapatnya aku mencintainya, namun seiring waktu berjalan cintaku padanya terus tumbuh hingga berbunga. Tapi mustahil, aku dan bagaikan langit dan bumu. Sosok lelaki sholeh idaman para akhwat cantik nan sholeh. Sedangkan aku perempuan biasa, bahkan amat biasa. Aku tak sesholehah mereka (akhlak yang mengagumi Ashari), tak serajin dhuha mereka, apalagi sebanding dengan mereka sangat jauh. Tapi itu semua tak pernah menyurutkanku untuk selalu menjaga cintaku padanya.

Pada hari minggu, saat di kamar asrama aku terdengar suara dering telepon dan ternyata itu suara Dila. Dila menelponku karena dia ingin berkunjung ke pondok pesantren yang aku duduki. Sesampainya, tanpa basa-basi dia langsung memberitahukanku sesuatu yang membuatku tidak percaya, seakan jantungku berhenti berdetak, aku langsung kaku, lemas rasanya, pikiranku entah pergi kemana. Berkali-berkali Dila mengagetkanku namun aku masih tak bereaksi. Aku masih tak percaya dengan perkataannya tadi bahwa Ashari memiliki perasaan yang sama padaku.

Hari penentuan telah tiba Ujian Nasional sudah di depan mata. Sehingga seluruh kelas XII di sibukkan dengan berbagai latihan dan try out. Dengan kegiatan ini aku dengan Ashari sering sekali bertemu bahkan kami pernah saling bertatap muka secara langsung. Ujianpun telah kami jalani dengan lancar dan alhamdulillah hasilnya memuaskan. Sehingga sampailah pada acara perpisahan.

Hari istimewa telah tiba, suasana sekolahku sangat ramai. Semuanya bahagia, akupun demikian. Tapi disisi lain akupun sedih. Sedih karena tidak bertemu seseorang yang aku rindukan. Aku menangis hingga acara terakhirpun aku tidak bisa menemukannya setelah itu aku putuskan untuk pulang. Sesampai di pos satpam, ada teriakan di belakangku. Ternyata temannya Ashari, dia mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Belum sempat dia selesai bicara, tiba-tiba Ashari keluar dari pos satpam dengan menyelipkan untaikansenyuman yang membuatku melayang. Dengan ucapan salam yang mengetarkan hatiku. Usai bertukar nomor telepon kita pulang dengan sendir

Harei demihari telah berlalu, minggupun berganti minggu. Namun belum juga dia menghubungiku. Aku hampir gila menunggu kabar darinya. Disisi lain aku juga bahagia, bahwa aku di terima di salah satu PTN Malang. Namun itupun membuatku tersenyum kesut, karena aku harus meninggalkan tanah kelahiranku ini. Besok siang aku berangkat ke Malang, tapin kabar darinya pun belum sampai ke telingaku. Dan aku pasrahkan semua kepada yang Maha Kuasa. Waktu aku pejamkan mata,  ponselku berdering, dan ternyata ada pesan dari nomor yang tak ku kenal. Ternyata itu nomor Ashari. Dia memberitahukanku bahwa dia diterima di PTN Yogyakarta, dua bulan kedepan dia berangkat dan besok ada tanyakuran sebelum dia berangkat. Akupun di undang untuk hadir pada acara tasyakuran besok.

Lagi-lagi perasaanku tak menentu, aku bangga padanya dan aku tak bisa menolak kenyataan untuk jauh darinya. Setelah membaca pesan dari Ashari aku langsung menemui ibu aku ceritakan semua isi hatiku dan aku tunjukkan pesan darinya. Tapi ibu tadak mengizinkanku untuk menghadiri acara itu, karena aku harus tetap pergi ke Malang. Ibu berkata bahwa “Allah tidak tidur, apapun yang ada di hatimu Dia tahu” yakinlah jodoh tak akan salah alamat. Selama itu aku tetap menjaga hatiku walaupun aku tak tahu kapan aku bisa di pertemukan kembali dengan cinta dalam diamku selama kita masih memandang langit yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar