Senin, 01 Desember 2014

fery enisa

Judul                     : Renungan tak berarti
Penerbit              : AXIS
Isi                            :
                Dikta putra ayah dan ibunya semakin hari semakin dewasa. Seiring berjalanya waktu perilaku Dikta semakin berubah. Dikta bukan lagi anak  penurut  yang menghormati orang tuanya . sikapnya berubah sejak dia berteman dengan geng motor liar . awalnya dia hanya ikut ikutan nongkrong teman-temanya . tetapi setelah itu ia memutuskan untuk ikut geng  itu . dia ingin hidup lebih bebas seperti teman-temanya .
                Meski sikap Dikta berubah , ibu dan ayahnya tetap sayang dan khawatir kalau Dikta belum pulang . malam ini Dikta mengikuti balapan , dia ingin keluar tapi kalau orang tuanya tahu mereka tidak mengijinkan . lalu Dikta memutuskan untuk pergi, dengan pelan- pelan ia membuka pintu utamanya . tiba- tiba ayahnya memergoki dan bertanya namun Dikta tak menjawab tetap melangkah keluar ayahnya kesal dengan sikap Dikta lalu ayahnya berkata“lanjutkan langkahmu,  Tapi ayah dan ibumu tak meridhoi setiap langkahmu, anakku!”  Dikta tak menghiraukan perkataan ayahnya. Melihat sikap pangeran kecilnya yang semakin hari berubah. Ibu hanya bisa menangis dan berdoa agar anaknya sadar.
                Sesampainya di arena balapan Dikta di sambut oleh gengnya . saat balapan berlangsung Dikta berhasil mencapai  urutan pertama, tiba-tiba perkataan ayahnya terngiang-ngiang di kepalanya. Dia kehilangan konsentarasi dan akhirnya menabrak pohon. Dikta terpental beberapa meter dan motornya rusak parah dan Dikta di bawa ke rumah sakit oleh penduduk sekitar. Di ruang inap Dikta terbaring lemah dan tak sadarkan diri , di sampingnya ibu menangis dan mengelus tangan Dikta sedangkan ayahnya duduk di kursi terus berdzikir memohon belas kasihan yang maha kuasa.
                Akhirnya Dikta sadar dari koma dan minta maaf kepada orang tuanya . ibu dan ayahnya senang melihat anaknya sudah bangun dari koma . Saat tangan Dikta tak sengaja meraba ujung lututnya dia terkejut saat mengetahui bahwa ke dua kakinya di amputasi.
Nilai agama         : ibu dan ayah sabar dalam menghadapi  sikap Dikta dan moon belas kasihan pada sang maha pencipta
Nilai moral           : Dikta menjadi anak pembangkang dan tidak menghormati orang tuanya

Nilai sosial           : penduduk sekitar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar