Selasa, 16 Desember 2014

dian ratna aprilia



Resensi novel

Judul Novel     : Saat Langit dan Bumi Bercumbu
Penulis             : Wiwid Prasetyo
Penerbit           : DIVA Press
Tahun Terbit    : 2012
Tebal               : 408 halaman

Sinopsis

            Seorang anak laki-laki yang masih belajar di Madrasah Tsanawiyah sekaligus mondok di Ponpes Nurussalam, yaitu bernama Joko. Ia sering melakukan puasa Senin Kamis, tetapi Ia menyembunyikan puasanya itu hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Joko satu kamar dengan Hasan. Tetapi teman satu kamarnya itu tak pernah melakukan puasa tersebut bahkan kelakuannya tidak seperti santri pada umumnya. Hasan cenderung nakal dan sangat nekat. Ketika Hasan menyukai seorang perempuanpun yang bernama Anissa, Ia rela melakukan apa saja walaupun itu melanggar syariat Islam. Berbeda lagi dengan Midun, Ia sahabat Joko yang paling pintar dan cerdas. Ia berhasil membuat Anissa, yaitu putri Kiai Sujak yang merupakan pemilik pondok pesantren itu menjadi sahabat baik Joko, Midun, dan Hasan Bahkan Joko berhasil membuat Hasan yang dulunya nakal, sekarang telah menjadi pelaku puasa Senin Kamis. Lima tahun kemudian, setelah berpisah dan mengambil jalan masing-masing mereka mengadakan reuni. Dan keempat sahabat itupun telah menjadi orang-orang yang sukses.

Unsur Intrinsik

Tema             : Persahabatan dan Perjuangan

Latar              : 1. Tempat : -    Ponpes Nurussalam
-      Perpustakaan
-      Lapangan Ponpes
-      Desa mbah Jombrang
-      Pondok Dalem


  2. Waktu : -   pagi
                 - siang
                   -         sore
                 - malam

  3. suasana : - menegangkan
                      - menyedihkan
                                                
Alur                 : Flashback

Gaya Bahasa : Bahasanya terlalu mudah dipahami

Amanat           : Tetaplah teguh beribadah kepada Allah, dan janganlah kita memamerkannya kepada orang lain.  

penokohan     : - Joko; Sabar dan tanggung jawab
-      Hasan; Nakal, nekat dan pemberani
-      Midun; Cerdas dan pandai
-      Anissa; lembut dan ramah
-      Kiai Sujak; tanggung jawab dan tegas
-      Mbah Jombrang; Pemaksiat
-      Pakde Hasan; pemaksiat

Kelebihan dan kekurangan

  1. Kelebihan ; novel ini sangat menginspirasi setiap orang agar lebih giat puasa.
  2. kekurangan ; Ceritanya terlalu terbelit-belit walaupun bahasanya mudah dipahami.
  3. Rekomendasi; novel ini cocok untuk kawula muda agar tetap giat beribadah kepada Allah

Senin, 15 Desember 2014

ainun verawati



UNSUR INTRINSIK DAN USUR EKSTRINSIK
CERPEN “MEMANDANG LANGIT”
KARYA : DILA
A.      UNSUR INTRINSIK
1.      Tema               : kesetiaan
2.      Tokoh dan Penokohan
a)      Aku (Sabil)       : penurut, dan sabar
b)      Dila                  : usil
c)      Ashari              : ramah, sholeh, menyenangkan, dan agamis
3.      Latar
a)      Tempat            : sekolah, pondok pesantren, dan rumah
b)      Waktu  : pagi hari, siang hari dan malam hari
c)      Suasana           : sedih dan mengharukan
4.      Alur                 : maju
5.      Sudut pandang            : tokoh pertama pelaku utama
6.      Amanat           : segala urusan kita sudah di atur oleh Allah SWT, khususnya urusan jodoh, kalau sudah jodoh tidak akan kemana.

B.      UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai moral      : sabil menuruti perintah ibunya untuk tetap berangkat ke Malang.
2.      Nila sosial        :ada interaksi antara Sabil dan temannya

C.      SINOPSIS

Pagi-pagi berdiri di depan jendela kelas tepatnya adalah rutinitasku. Melihat Ashari di depan kelas usai memarkir motor dihalaman sekolah. Siapa sich yang tak kenal Ashari, sang ketua OSIS yng begitu ramah, sholeh, menyenangkan dan agamis. Sehingga hampir semua cewek kagum padanya, dan pasti siapa saja akan jatuh cinta dengan keteduhan wajahnya. Terutama aku yang sekarang duduk dikelas XII-IPS. Namaku Syifa Nur Sabila Galen, namun teman-teman akrab memanggilku Sabil.

Aku tak tahu persis kapan tapatnya aku mencintainya, namun seiring waktu berjalan cintaku padanya terus tumbuh hingga berbunga. Tapi mustahil, aku dan bagaikan langit dan bumu. Sosok lelaki sholeh idaman para akhwat cantik nan sholeh. Sedangkan aku perempuan biasa, bahkan amat biasa. Aku tak sesholehah mereka (akhlak yang mengagumi Ashari), tak serajin dhuha mereka, apalagi sebanding dengan mereka sangat jauh. Tapi itu semua tak pernah menyurutkanku untuk selalu menjaga cintaku padanya.

Pada hari minggu, saat di kamar asrama aku terdengar suara dering telepon dan ternyata itu suara Dila. Dila menelponku karena dia ingin berkunjung ke pondok pesantren yang aku duduki. Sesampainya, tanpa basa-basi dia langsung memberitahukanku sesuatu yang membuatku tidak percaya, seakan jantungku berhenti berdetak, aku langsung kaku, lemas rasanya, pikiranku entah pergi kemana. Berkali-berkali Dila mengagetkanku namun aku masih tak bereaksi. Aku masih tak percaya dengan perkataannya tadi bahwa Ashari memiliki perasaan yang sama padaku.

Hari penentuan telah tiba Ujian Nasional sudah di depan mata. Sehingga seluruh kelas XII di sibukkan dengan berbagai latihan dan try out. Dengan kegiatan ini aku dengan Ashari sering sekali bertemu bahkan kami pernah saling bertatap muka secara langsung. Ujianpun telah kami jalani dengan lancar dan alhamdulillah hasilnya memuaskan. Sehingga sampailah pada acara perpisahan.

Hari istimewa telah tiba, suasana sekolahku sangat ramai. Semuanya bahagia, akupun demikian. Tapi disisi lain akupun sedih. Sedih karena tidak bertemu seseorang yang aku rindukan. Aku menangis hingga acara terakhirpun aku tidak bisa menemukannya setelah itu aku putuskan untuk pulang. Sesampai di pos satpam, ada teriakan di belakangku. Ternyata temannya Ashari, dia mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Belum sempat dia selesai bicara, tiba-tiba Ashari keluar dari pos satpam dengan menyelipkan untaikansenyuman yang membuatku melayang. Dengan ucapan salam yang mengetarkan hatiku. Usai bertukar nomor telepon kita pulang dengan sendir

Harei demihari telah berlalu, minggupun berganti minggu. Namun belum juga dia menghubungiku. Aku hampir gila menunggu kabar darinya. Disisi lain aku juga bahagia, bahwa aku di terima di salah satu PTN Malang. Namun itupun membuatku tersenyum kesut, karena aku harus meninggalkan tanah kelahiranku ini. Besok siang aku berangkat ke Malang, tapin kabar darinya pun belum sampai ke telingaku. Dan aku pasrahkan semua kepada yang Maha Kuasa. Waktu aku pejamkan mata,  ponselku berdering, dan ternyata ada pesan dari nomor yang tak ku kenal. Ternyata itu nomor Ashari. Dia memberitahukanku bahwa dia diterima di PTN Yogyakarta, dua bulan kedepan dia berangkat dan besok ada tanyakuran sebelum dia berangkat. Akupun di undang untuk hadir pada acara tasyakuran besok.

Lagi-lagi perasaanku tak menentu, aku bangga padanya dan aku tak bisa menolak kenyataan untuk jauh darinya. Setelah membaca pesan dari Ashari aku langsung menemui ibu aku ceritakan semua isi hatiku dan aku tunjukkan pesan darinya. Tapi ibu tadak mengizinkanku untuk menghadiri acara itu, karena aku harus tetap pergi ke Malang. Ibu berkata bahwa “Allah tidak tidur, apapun yang ada di hatimu Dia tahu” yakinlah jodoh tak akan salah alamat. Selama itu aku tetap menjaga hatiku walaupun aku tak tahu kapan aku bisa di pertemukan kembali dengan cinta dalam diamku selama kita masih memandang langit yang sama.

amilia lailatus salwa


UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
CERPEN “MATAHARI TAK TERBIT PAGI”
KARYA : FAKHRUNNAS M.A. JABBAR

A.    UNSUR INTRINSIK

      1.            TEMA
·         Kerinduan seseorang kepada orang yang dikasihinya. Mereka berpisah karena nasib yang tidak bisa mereka tolak.
      2.            ALUR
·         Alur maju karena bercerita tentang seputar kondisi batin tokoh utama karena kehilangan orang yang dikasihinya.
      3.            LATAR
·         Cerita ini tida menyertakan dimana dan kapannya. Banyak mengungkapkan isi hati tokoh yang tidak pasti dimana dan kapan kejadiannya. Latar tempatnya di kamar dan latar waktunya pada pagi hari serta latar suasananya menyedihkan, mengecewakan, dll.
      4.            PENOKOHAN
a)      Aku (tokoh utama) : berwatak romantis, penuh pengertian, dan penyabar
b)      Kamu/bidadari (tokoh pendamping/figure) : berwatak murah senyum, setia dan teguh hati
      5.            SUDUT PANDANG
·         Orang pertama tokoh utama yang bersifat mengakukan
      6.            AMANAT
Betapa berartinya orang yang dikasihi, ketiadaannya dapat menyebabkan hidup menjadi sunyi, tidak indah, hampa, dan serasa hidupnya tidak bermakna lagi karena di tinggal seorang yang di kasihi.
UNSUR EKSTRINSIK
·         Terdapat dua unsur ekstrinsik di dalam cerpen “Matahari Tak Terbit Lagi”
a)      Nilai moral                  : seorang pengarang yang memiliki falsafah hidup bahwa kepentingan bangsa lebih penting daripada kepentingan pribadi
b)      Nilai budaya    : yang berkaitan dengan keadaan, kebiasaan, atau pola hidup msyarakat dahulu.

Sinopsis Cerpen Matahari Tak Terbit Lagi
            Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja? Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Bayangkanlah, bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau , tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh cahaya.
            Kaulah mataharinitu, bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga tak terkoyak oleh waktu, tiba-tiba harus berpencar dibawah langit menuju sudut kosong. Kita harus terpisah untuk menjalani kodart masing-masing diri. Di singgasana Lauful Mahfud. Kita isi halaman kosong itu dengan denyutan nadi. Dan akhirnya kitapun bertemu lagi dengan perasaan asing.
            Andai sejarah boleh terus diperpanjang membawa mitos dan legendanya, boleh jadi kau akan tampil sebagai permaisuriku yang molek. Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab, diantara kutub-kutub kosong. Ketika juga telah menggoreskankain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang tanpa batas. Malam itu, siapapun tak butuh matahari. Sebab, ada bulan yang bersaksi. Kita hanya butuh setitik cahaya guna penentu arah belaka.
            Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu ternganga sebab cahaya yang tak ada. Tetapi, bagi kita kala berada jauh, keadaan begitu gelap dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kata-kata yang berdesakan di bait puisi dan lirik lagu menebar wangi hari-hari.

Tak kan ku temui wanita seperti dirimu
Takkan ku dapatkan rasa cinta ini
Kubayangkan bila engkau datang
Kupeluk bahagia kan daku
Kuserahkan semua hidupku
Menjadi penjaga hatiku

            Suara Ari Lasso lewat “penjaga hati” itu mengalir pelan-pelan dari tembok-tembok kegelapan yang mengepungku. Benar kata mak dulu, kita akan tahu akan makna sesuatu ketika ia telah berlalu. Apalagi berada jauh yang tak tersentuh. Apa perasaanmu kini? Kau telan kesendirian itu di kejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kis hati yang tersapu luka rindu kita. Kau ingatkan, kisah Qais dan Laila atau Romeo dan Juliet yang memburaikan banyak kenangan bagi jutaan orang? Kaupun ada dalam bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu.
            Garis panjang waktu itu mendedahkan kemungkinan-kemungkinan yang sulit di raba. Banyak ancaman yang siap mengepung kita hingga merobek tabir setia. Ya, kesetiaan tak kasat mata. Andai kau bangun esok pagi, perkanankan selalu matahari terbit seperti janji yang di ucapkannya pada semesta.